Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat Datang Jiwa Adventure

Minggu, November 03, 2013

Perlukah Kekerasan dalam Pen-DIKSAR-an ??

Selama ini masyarakat beranggapan bahwa organisasi pecinta alam sarat dengan kekerasan fisik dan mental, sehingga muncul citra pada masyarakat bahwa untuk menjadi anggota organisasi pecinta alam harus mengikuti pendidikan dasar yang sangat berat dan penuh dengan resiko. Memang pada kenyataannya, pendidikan dasar bagi para anggota baru organisasi pencinta alam sangat akrab dengan kekerasan fisik dan mental, bahkan ada yang sampai mengarah kepada tindakan penganiayaan. Kekerasan fisik dan mental itu bermacam-macam bentuknya, mulai dari push up tanpa batas, memaki, merendam di sungai yang dingin, minum air bekas berkumur,  menempeleng sampai dengan memukul dan menendang.
Kekerasan fisik dan mental sudah dianggap biasa dan mungkin juga wajib hukumnya bagi siapa saja yang ingin menjadi anggota organisasi pecinta alam. Pertanyaannya, apakah tujuan yang ingin dicapai dari tindakan kekerasan itu? Tak jelas. Apakah kekerasan itu memang diperlukan untuk menguji fisik dan mental, karena kegiatan alam bebas membutuhkan fisik dan mental yang prima, atau hanya sebuah ajang balas dendam secara turun temurun dari para senior kepada juniornya.

Padahal kegiatan pendidikan dasar bagi para anggota baru organisasi pecinta alam itu, bukan hanya untuk membentuk mental dan fisik semata. Tapi juga latihan untuk mengajarkan dan menerapkan beberapa ilmu seperti navigai darat, bivak, SAR, survival dll. Nah…….bagaimana mungkin mereka bisa menyerap ilmu jika dalam kondisi fisik dan mental yang letih dan tertekan?
Jika memang ingin membentuk fisik dan mental yang prima. Apakah harus selalu dengan cara kekerasan? Seharusnya cukup dengan latihan fisik secara rutin dan penerapan disiplin yang tinggi. Sehingga tindakan kekerasan fisik dan mental yang tidak rasional dan tidak berguna itu bisa dihindari.
 Dengan begitu, citra organisasi pecinta alam akan jauh lebih baik dan bermartabat di mata masyarakat dan kegiatan pecinta alam akan menjadi kegiatan alam bebas yang lebih bermanfaat dan menyenangkan untuk diikuti.
Dalam pendidikan dasar, penamparan boleh saja dilakukan hanya untuk menyadarkan siswa atau peserta pendidikan yang pingsan atau mengalami kepanikan. Kegiatan di alam bebas itu keras, jangan ditambah lagi oleh kekerasan fisik. Pendidikan itu dimaksudkan untuk membangun human skill. Kekerasan bisa jadi bukannya membangun, melainkan justru menjatuhkan human skill peserta. Kalau sudah down, pendidikan akan percuma karena tidak menghasilkan anggota yang sesuai dengan harapan.
Sebenarnya, kekerasan dalam pendidikan dasar bukan yang berkaitan dengan kontak fisik dan sebagainya, yang bisa saja menjurus pada tindak pidana penganiayaan atau bahkan sampai pembunuhan. Keras dalam pendidikan dasar adalah prosedur dan program. Hal itu disesuaikan dengan sifat kegiatan alam bebas yang memang keras. Jadi, yang keras adalah prosedur dan programnya. Penuh kecermatan, perhitungan dan disiplin yang tinggi. Bukan orang-orangnya yang harus keras atau dikerasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga tahun 2005 disebutkan SISTEM PENDIDIKAN dapat diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Secara lengkap arti kata SISTEM PENDIDIKAN PA (Pecinta Alam) adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai dengan visi-misi yang telah ditetapkan agar dapat melakukan kegiatan kepencintaalaman secara aman, dewasa, sampai di tujuan, gembira dan penuh dengan suasana kekeluargaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar