Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat Datang Jiwa Adventure

Minggu, November 03, 2013

Perlukah Kekerasan dalam Pen-DIKSAR-an ??

Selama ini masyarakat beranggapan bahwa organisasi pecinta alam sarat dengan kekerasan fisik dan mental, sehingga muncul citra pada masyarakat bahwa untuk menjadi anggota organisasi pecinta alam harus mengikuti pendidikan dasar yang sangat berat dan penuh dengan resiko. Memang pada kenyataannya, pendidikan dasar bagi para anggota baru organisasi pencinta alam sangat akrab dengan kekerasan fisik dan mental, bahkan ada yang sampai mengarah kepada tindakan penganiayaan. Kekerasan fisik dan mental itu bermacam-macam bentuknya, mulai dari push up tanpa batas, memaki, merendam di sungai yang dingin, minum air bekas berkumur,  menempeleng sampai dengan memukul dan menendang.
Kekerasan fisik dan mental sudah dianggap biasa dan mungkin juga wajib hukumnya bagi siapa saja yang ingin menjadi anggota organisasi pecinta alam. Pertanyaannya, apakah tujuan yang ingin dicapai dari tindakan kekerasan itu? Tak jelas. Apakah kekerasan itu memang diperlukan untuk menguji fisik dan mental, karena kegiatan alam bebas membutuhkan fisik dan mental yang prima, atau hanya sebuah ajang balas dendam secara turun temurun dari para senior kepada juniornya.

Padahal kegiatan pendidikan dasar bagi para anggota baru organisasi pecinta alam itu, bukan hanya untuk membentuk mental dan fisik semata. Tapi juga latihan untuk mengajarkan dan menerapkan beberapa ilmu seperti navigai darat, bivak, SAR, survival dll. Nah…….bagaimana mungkin mereka bisa menyerap ilmu jika dalam kondisi fisik dan mental yang letih dan tertekan?
Jika memang ingin membentuk fisik dan mental yang prima. Apakah harus selalu dengan cara kekerasan? Seharusnya cukup dengan latihan fisik secara rutin dan penerapan disiplin yang tinggi. Sehingga tindakan kekerasan fisik dan mental yang tidak rasional dan tidak berguna itu bisa dihindari.
 Dengan begitu, citra organisasi pecinta alam akan jauh lebih baik dan bermartabat di mata masyarakat dan kegiatan pecinta alam akan menjadi kegiatan alam bebas yang lebih bermanfaat dan menyenangkan untuk diikuti.
Dalam pendidikan dasar, penamparan boleh saja dilakukan hanya untuk menyadarkan siswa atau peserta pendidikan yang pingsan atau mengalami kepanikan. Kegiatan di alam bebas itu keras, jangan ditambah lagi oleh kekerasan fisik. Pendidikan itu dimaksudkan untuk membangun human skill. Kekerasan bisa jadi bukannya membangun, melainkan justru menjatuhkan human skill peserta. Kalau sudah down, pendidikan akan percuma karena tidak menghasilkan anggota yang sesuai dengan harapan.
Sebenarnya, kekerasan dalam pendidikan dasar bukan yang berkaitan dengan kontak fisik dan sebagainya, yang bisa saja menjurus pada tindak pidana penganiayaan atau bahkan sampai pembunuhan. Keras dalam pendidikan dasar adalah prosedur dan program. Hal itu disesuaikan dengan sifat kegiatan alam bebas yang memang keras. Jadi, yang keras adalah prosedur dan programnya. Penuh kecermatan, perhitungan dan disiplin yang tinggi. Bukan orang-orangnya yang harus keras atau dikerasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga tahun 2005 disebutkan SISTEM PENDIDIKAN dapat diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Secara lengkap arti kata SISTEM PENDIDIKAN PA (Pecinta Alam) adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai dengan visi-misi yang telah ditetapkan agar dapat melakukan kegiatan kepencintaalaman secara aman, dewasa, sampai di tujuan, gembira dan penuh dengan suasana kekeluargaan.

Tujuan Mendaki Gunung

kegiatan mendaki gunung, harus memiliki tujuan yang jelas agar kegiatan yang kita lakukan tidak sia-sia.
Ada beberapa tingkatan “Tujuan mendaki gunung”, yakni sebagai berikut:
   1. Tujuan mendaki gunung yang pertama, bisa dibilang tujuan yang paling rendah adalah ”Untuk hobi atau kesenangan pribadi semata”. Para pendaki gunung yang bertujuan untuk hobi ini, biasanya mendaki gunung untuk sekedar rekreasi, mengisi waktu luang atau melepas kepenatan. Orang-orang ini mendaki gunung untuk menikmati pemandangan alam, menghirup udara segar atau berkemah bersama teman-teman. Puncak gunung bukanlah harga mati, karena yang mereka kejar hanyalah kesenangan semata. Jadi meskipun mereka mendaki gunung tidak sampai ke puncak, sebenarnya mereka sudah cukup puas.
    2.Tingkat kedua, tujuan mendaki gunung “Untuk prestise atau mendapatkan pengakuan”. Para pendaki yang mendaki gunung untuk tujuan seperti ini, yang mereka kejar hanya puncak. Jadi puncak gunung adalah harga mati bagi mereka. Bagaimanapun caranya, puncak harus bisa diraih, karena mereka beranggapan semakin banyak puncak gunung yang dikoleksi,maka prestise akan meningkat pula dan Ia-pun akan mendapat pengakuan dari orang lain (meskipun kenyataannya justru dianggap sombong dan kurang begitu dianggap oleh kebanyakan pendaki).
   3.Tingkatan yang lebih tinggi yakni “ Untuk pengalaman dan Ilmu pengetahuan”. Orang-orang yang bertujuan seperti ini tidak hanya “pendaki gunung atau petualang saja”, tetapi bisa juga para ahli yang mendaki gunung untuk keperluan penelitian. Contoh: Seorang ahli “Vulkanologi” harus mendaki gunung untuk meneliti keadaan kawah sebuah gunung, Seorang pendaki yang mendaki gunung untuk keperluan membuat peta, seorang ahli yang mendaki gunung untuk keperluan meneliti jenis-jenis hewan dan tumbuhan di sebuah gunung, seorang petualang yang mendaki gunung untuk membuka jalur pendakian atau mencari lokasi sumber air dsb. Orang-orang yang memiliki tujuan ini, biasanya mengabaikan “Prestise”atau bahkan “nyawanya” sekalipun karena tujuan utama mereka adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam benak mereka. Demi ilmu pengetahuan dan pengalaman baru  sehingga bermanfaat untuk dirinya dan juga orang lain.
   4.Tingkatan selanjutnya yang lebih tinggi adalah “ Untuk pelestarian alam atau misi penyelamatan”. Biasanya banyak dari kalangan para “Pecinta alam” (Pecinta alam yang sebenarnya),Tim SAR atau polisi hutan. Mereka mendaki gunung untuk kelestarian alam, misalnya reboisasi di lereng gunung, ekspedisi bersih-bersih gunung dari coretan-coretan dan sampah gunung, perbaikan jalur pendakian untuk mencegah adanya jalur-jalur bayangan yang akan menyesatkan pendaki, Tim SAR yang mendaki gunung untuk mencari pendaki yang hilang, para polisi hutan yang mendaki gunung untuk menjaga hutan dari bahaya kebakaran atau memburu para penebang dan pemburu liar.
   5.Tingkatan berikutnya yang lebih tinggi lagi adalah “Untuk mengasah pribadi dan menemukan hakekat diri”. Orang-orang yang memiliki tujuan seperti inilah orang yang mampu berguru pada alam. Mereka mendaki gunung untuk menyendiri dan merenung guna mendapatkan kedamaian  dan   pencerahan dari Tuhan dengan mengakrabi alam. Karena dengan begitu mereka akan tahu bahwa dirinya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan alam apalagi Tuhan. Tujuan mendaki gunung seperti ini tidak hanya bisa dilakukan oleh para pertapa saja, yang biasanya mendaki gunung dan tinggal disana dalam waktu yang cukup lama sampai mendapat ilmu. Namun, sebenarnya para pendaki gunung biasa juga bisa memiliki tujuan seperti ini, kebanyakan para pendaki yang sudah cukup berpengalaman biasanya mendaki gunung untuk tujuan seperti ini. Mereka mendaki gunung bukan lagi untuk hobi atau mengejar prestise, tetapi mereka mendaki karena “panggilan jiwa” yang harus terus dipenuhi. Mereka seolah tak bisa hidup jauh dari gunung. Meskipun telah lama tidak mendaki gunung, namun keinginan untuk mendaki itu pasti akan tetap ada karena sudah menjadi kebutuhan. Mereka meyakini bahwa ada banyak pelajaran yang bisa diperoleh dari mendaki gunung. Dengan mengakrabi alam, maka dengan sendirinya alam akan mengajarkan banyak ilmu kepada kita.

Jadi, jelas bahwa gunung adalah media untuk menempa pribadi manusia sebelum akhirnya mendapatkan ilmu yang berasal dari Tuhan. Ilmu yang tak terbatas dan tidak bisa didapatkan hanya dari sekolah atau kuliah saja.
Ilmu apakah itu?
Ilmu tentang “hakikat diri dan Pemahaman akan arti kehidupan”.
Bagaimana cara memahaminya?
Salah satu caranya adalah dengan “Banyak mendaki gunung”.

Pendaki Gunung,Pecinta Alam,dan Petualang

PENDAKI GUNUNG, PECINTA ALAM DAN PETUALANG......., sekilas memang istilah tersebut hampir sama namun sesungguhnya sangat berbeda. Tentang Pendaki dan Pecinta alam sudah dibahas sebelumnya, tetapi bagaimana dengan petualang?
Petualang, sebenarnya sangat identik dengan seseorang yang memiliki keberanian dan rasa ingin tahu yang begitu besar dan melebihi orang-orang pada umumnya. Seorang petualang bisa dibilang sebagai penjelajah yang siap bertaruh dengan apapun yang Ia miliki sampai dengan nyawanya sekalipun. Seorang petualang alam sejati tidak akan pernah berhenti untuk tetap menjelajahi alam yang belum pernah Ia jejaki.
Seorang petualang biasanya selalu menjadi pioner diantara kaumnya meskipun sesungguhnya Ia tidak pernah berniat untuk menjadi orang pertama atau mencari sensasi dan popularitas , karena yang mereka cari adalah terjawabnya rasa ingin tahu yang begitu besar di dalam pikirannya. Oleh karena itu, seorang petualang hidupnya tak pernah “stagnan”, Pribadinya begitu dinamis, optimis dan memiliki semangat yang tak wajar. Mereka berpetualang untuk memenuhi kebutuhan dirinya, sebab rasa ingin tahunya yang terlampau besar akan menyiksanya jika terus-terusan dipendam. Namun karena keberanian dan semangatnya itulah yang justru dengan sendirinya akan membuatnya dikenal dan hidupnya abadi karena orang lain akan selalu membicarakan apa yang Ia temukan dalam setiap penjelajahannya.
Kita bisa mengambil contoh seorang “Amerigo Vespuci atau Colombus” yang  gemar berpetualang. Sampai kini orang-orang akan tetap mengenangnya sebagai penemu  benua Amerika. Padahal meskipun mereka tidak pernah mengadakan ekspedisi menyeberangi samudera atlantik, benua Amerika sebenarnya memang sudah ada. Namun karena mereka orang yang pertama kali berani menyeberangi samudera yang konon dipenuhi ular naga dan gurita raksasa, akhirnya mereka juga yang kini lebih dikenal.
Karena mereka bekerja dengan hati, maka sesungguhnya popularitas dengan sendirinya akan mengiringi. Lalu, lebih baik mana antara Pendaki gunung, Pecinta alam atau Petualang?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, adalah lebih mudah jika  kita mengacu pada tujuan yang ingin dicapai. Mengapa? Sebab bagimanapun besarnya semangat atau keberanian seseorang, jika tujuannya tidak baik dan kurang bermanfaat maka dengan sendirinya sesungguhnya orang itu akan dipandang buruk. Contoh:
- Seorang pendaki gunung atau pecinta alam berniat untuk mendaki gunung sampai puncak, dalam perjalanan Ia menemukan sampah dan kemudian ia ambil untuk dibawa sampai turun dan membuangnya di tempat sampah. Lain cerita, ada seseorang yang gemar sekali berpetualang dengan menjelajahi hutan. Sampai suatu saat Ia menemukan sumber mineral yang berharga, sehingga kemudian Ia segera menjual kepada pihak pengelola karena Ia tahu bahwa informasi yang Ia miliki pasti sangat mahal harganya. Akhirnya masuklah pengelola kedalam hutan dan melakukan penambangan besar-besaran tanpa memperhatikan kelestarian alam sekitar.
Adalagi contoh sebagai berikut:
- Sebuah kelompok Pecinta alam berniat mengadakan penghijauan di lahan hutan yang gundul dengan harapan nama kelompoknya akan dikenal atau mendapatkan penghargaan dari pihak-pihak terkait sehingga anggotanya akan semakin bertambah dan bisa lebih mudah untuk mencari dana guna mengadakan sejumlah ekspedisi pendakian gunung yang tujuannya tak lain hanya mengoleksi puncak sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan prestise organisasi. 
– Ada seorang yang gemar sekali berpetualang, kali ini Ia ingin mengadakan ekspedisi mendaki gunung dengan membuka jalur baru sebab menurut keterangan masyarakat sekitar, ada aliran sungai yang cukup deras  yang mengalir dari lereng gunung, tapi tidak satupun orang yang berani untuk mencari sumber air tersebut karena masuk kedalam wilayah hutan yang disakralkan. Untuk menjawab rasa penasaran itu, maka sang petualang ini membuka jalur baru dan berhasil menemukan air terjun dan beberapa sungai yang belum pernah terjamah oleh manusia.  Akhirnya, jalur yang Ia lalui kini menjadi jalur pendakian baru yang cukup diminati karena selain pemandangannya yang menarik, juga mudah untuk  mencari air. Kemudian sang petualang ini bekerja sama dengan sejumlah pecinta alam dan pemerintah setempat  untuk menjadikan kawasan yang telah Ia ketemukan itu sebagai kawasan Taman nasional yang harus dilindungi demi menghindari pengrusakan atau penebangan hutan secara liar .
Dari beberapa contoh diatas, bisa kita lihat manakah yang jauh lebih baik. Dengan begitu kita akan mengerti bahwa kunci dari setiap melakukan sesuatu itu terletak pada tujuannya.
Kita tidak bisa menilai sesuatu hanya berdasarkan nama atau sebutan saja. Jadi lebih baik lagi jika Para pendaki gunung itu selain merangkap sebagai Pecinta alam juga merangkap sebagai petualang sejati yang selalu bekerja dengan hati, keberanian dan semangat yang tinggi tanpa tujuan apapun selain untuk perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan bermanfaat untuk alam dan orang lain.
Jika kita mampu bekerja dengan ketulusan hati dan keberanian, sesungguhnya popularitas atau keabadian hidup itu akan hadir dengan sendirinya untuk mengiringi setiap langkah yang kau jejaki.
Jadi, lebih baik menjadi “pendaki gunung yang pecinta alam dan berjiwa petualang sejati”. Pasti jiwa dan jasadmu akan selalu dirindukan oleh alam dan orang-orang akan angkat topi kepadamu meskipun biasanya selalu terlambat.

Pendaki dan Pecinta Alam

Selama ini kita selalu menganggap bahwa seorang pendaki gunung itu pasti dia adalah pecinta alam, sebaliknya seorang pecinta alam itu pasti juga seorang pendaki gunung. Untuk lebih jelasnya sebaiknya kita kaji kedua istilah itu sehingga kita tidak akan terjebak pada pemahaman yang keliru.
Seorang pendaki gunung dapat dikatakan sebagai orang yang gemar atau memiliki hobi melakukan kegiatan mendaki gunung. Para pendaki tidak memiliki motivasi lain selain hanya sekedar melakukan kesenangannya sendiri yakni mendaki gunung, mencari ketenangan, udara segar, kebersamaan atau menikmati keindahan alam, baik secara individu maupun secara berkelompok.
Sedangkan seorang pecinta alam adalah orang yang hidupnya benar-benar tidak bisa lepas dari alam, ciri-cirinya orang ini tidak akan betah untuk berlama-lama tinggal di keramaian kota yang padat, bising dan penuh polusi, mereka serasa tak bisa hidup bahagia jika tidak bercengkrama dengan alam dan jangan coba-coba mengekang mereka karena mereka memiliki jiwa yang sangat bebas, pemberontak dan sulit dipahami. Namun mereka memiliki kepribadian yang sangat luar biasa, tidak sombong, supel, ramah dan tak pernah putus asa sebagai buah dari hasil didikan sang alam.
Antara pendaki gunung dan pecinta alam sebenarnya memiliki kesaman, yakni sama-sama termasuk ‘orang-orang yang mencintai alam’. Namun kadar mencintai alamnya itulah yang membedakan diantara keduannya.  Seorang pendaki gunung, mencintai alam hanya pada bagian luar nya saja, mereka sudah cukup puas jika bisa melihat, mendengar atau merasakan suasana alam dan tidak memiliki semangat untuk menjaga kelestariannya.
Sedangkan pecinta alam, mencintai alam secara total, baik unsur luarnya maupun unsur didalamnya seperti halnya apabila seseorang mencintai orang yang dicintainya, tentu ada yang mencintai hanya karena fisiknya, karena hatinya atau bisa karena keduanya. Nah para pecinta alam ini  adalah orang-orang yang mencintai alam baik karena fisiknya maupun karena hatinya. Bagaimana kita bisa mencintai hati sang alam? Yakni dengan mencintai sifat-sifat alam seperti: Sifat alam yang sangat sulit ditebak karena terkadang bisa menjadi sahabat dan ada kalanya bisa menjadi musuh yang sangat kejam, namun sesungguhnya alam hanyalah makhluk Tuhan yang pendiam dan sangat rapuh.
Para pecinta alam adalah orang-orang yang mencintai alam disaat sedang bersahabat ataupun disaat sedang rapuh dan tak bersahabat.
Dari penjelasan tersebut, ternyata pendaki dan pecinta alam sebenarnya memilki perbedaan meskipun keduanya juga memilki kesamaan.
Untuk lebih mempermudah pemahaman, berikut adalah contoh nyata:  

1.      Apabila di sebuah gunung telah terjadi tanah longsor, pembukaan lahan, penggundulan, atau kebakaran hutan yang menyebabkan gunung menjadi gersang, panas dan tak nampak indah lagi. Maka para pendaki gunung tidak akan tertarik lagi untuk datang dan mendaki gunung tersebut, karena secara fisik gunung tersebut sudah cacat. Namun bagi para pecinta alam keadaan gunung yang seperti itu membuat mereka resah dan merasa bahwa gunung tersebut sedang terluka parah dan secepatnya harus diobati dengan segera melakukan penghijauan kembali. Itulah salah satu contoh orang yang mencintai alam secara total.

2.      Pada saat sama-sama melakukan pendakian gunung, para pendaki gunung hanya memiliki satu tujuan yakni mendaki gunung sampai meraih puncak tanpa menghiraukan sampah-sampah yang ditemuinya atau bahkan mereka sengaja membuang sampah-sampah mereka sendiri secara sembarangan karena merasa sampah hanyalah beban. Sedangkan pecinta alam yang sedang mendaki gunung, puncak bukanlah satu-satunya tujuan karena tujuan utama mereka adalahperjalanan itu sendiri. Para pecinta alam tidak akan membuang sampah sembarangan dan mereka tak akan segan untuk mengumpulkan setiap sampah yang ditemuinya karena mereka paham betul akan bahaya sampah bagi kelestarian alam.
Pendaki gunung dan pecinta alam adalah orang  yang memiliki kepribadian yang berbeda karena tujuan mereka juga berbeda. Tidak perlu menilai mana yang lebih baik diantara keduanya, sebab jauh lebih baik jika kita memilih menjadi pendaki gunung yang pecinta alam.

Tips Sederhana Mengatasi Hipotermia

Salam Lestari., Halo sobat Alam jiwa Petualang, bagaimana kabar kalian.? Sehat.? Berak Lancar.? haha 
langsung saja kali ini saya akan berbagi tips sederhana mengatasi hipotermia berdasarkan pengalaman pribadi penulis :D 
pernah gak sobat Alam nge-camp dialam bebas.? tentu pernah kan, tapi pernah gak agan kelupaan bawa playsit (Penutup tenda bagian atas) mungkin bukan cuma akunya yang lupa mungkin yang baca nih postingn pernah juga hehe. 

kala itu saya ikut kegiatan Ekspedisi 1 Rajab di Lembah Ramma G.Bawakaraeng (Yang gak pernah kesana saya sarankan kunjungilah Gan) yaa ini kali pertama saya ke lembah Ramma dan parahnya lagi saya tidak punya perlengakapan yang memadai seperti tenda cerier nesting dll yang saya punya cuma bodypack dan SB hehe (Maklum Newbie) untungnya disana ada tempat yang menawarkan peminjaman alat dan cukup terjangkau harganya. saya dan rombongan menyewa alat ; Carier,Nesting,SB,Tenda Dome,Raincout. untuk waktu 24jam :D 

tanpa periksa alat kami pun berangkat ke lembah Ramma sekitar pukul 08:00 Wita diperjalanan kami menjumpai beberapa pendaki lainnya yang saling bergantian ada yang pulang ada juga yang baru akan kesana, layaknya daerah wisata tempat ini selalu rame dikunjungi para pecinta Alam. 

sesampainya di lokasi kami segera mendirikan tenda dan jreeenggg Kagett tenda kami tidak dilengkapi playsit dan cuaca tidak bersahabat :( 

malam harinya hujan deras ditambah badai datang dan menghempaskan tenda kami, kami tetap stay didalam tenda .

didalam tenda sya terkena hipotermia (Kedinginan) bersama kakak saya disebabkan tenda kami kebanjiran dan semua pakaian kami basah, SB saya pun basah, 

Nah tipsnya Adalah jreengg jrengggg.. 
> Buka baju, yah buka baju apabila kita masih tetap pakai baju dalam keadaan basah maka tubuh kita akan tetap basah disebabkan baju kita menyerap air dan akan tetap basah.
> Apabila terdapat dua orang atau lebih usahakan yang terkena hipotermia dibuka bajunya dan dipeluk, yang memeluk juga buka baju agar panas yang ada didalam tubuh sipemeluk bisa tertranfer lewat sentuhan kulit (eeiittss asal jangan lawan jenis yaa ntar keasikan) hehe.
> Apabila memungkinkan atau bisa memasak air segeralah masak air dan ketika sudah mendidih masukkan kedalam botol kemasan air minum, lalu si penderita hipotermia masuk ke dalam SB (Sleeping Bag) atau sarung bersamaan dengan botol yang telah diisi air panas.
>Jika jenis hipotermianya masih ringan usahakan jangan dipikirkan rasa dingin tersebut (Nikmati) dan lakukan beberapa pemanasan jangan tinggal diam. usahakan dapat membuat api unggun atau api kecil dari sobekan kertas atau sampah plastik yang kering (Letakkan tangan diatas api sambil nikmati kehangatannya)


sekian tips pribadi dari saya, maaf yaa kalau kepanjangan pengantarnya :D 

Salam Lestari !!!

Kamis, Juni 06, 2013

Suara Kami Pak !!!

hampir dua tahun yang lalu pada saat setelah  Diksar perdana Sispala Sherpa SMAN 1 Bangkala Barat tepatnya pada tanggal 1 November 2011 kami terkena hukuman pembekuan organisasi oleh pihak sekolah karena kesalahan kami sendiri yang kurang tepat me-manange waktu. saat itu kami minta izin kepada pihak sekolah untuk mengadakan Diksar outdoor di kec.Rumbia selama dua hari yaitu hari sabtu-minggu (28-29 Oct 2011) namun kegiatan berkata lain, dua hari tidak cukup untuk kami hingga akhirnya kami memutuskan untuk diksar selama tiga hari. Akibat dari itu semua orang tua dari siswa(i) datang ke sekolah mencari anaknya, spontan kepala sekolah kagen dengan kedatangan orang tua siswa, hingga kepsek menginformsaikan ini semua kepada ketua komite (hubungan.sekolah dengan orang tua siswa) 
   
          Sayangnya pada saat itu kami berada di antara pegunungan (Lembah) sehingga tak satupun sinyal yang kami bisa dapatkan dari operator seluler manapun. Detik demi detik berganti kekhawatiran orang tua semakin menjadi, waktu siangpun tiba pada saat itu kamipun meninggalkan tempat camp dan kembali ke basecamp GIPALASETA (salah satu KPA yang ada di Jeneponto) tiba di tempat basecamp Handphone kami mulai berdering satu persatu, namun ada juga yang tak berdering dikarenakan karna hpnya sudah kehabisan energy, kamipun dapat telefon dari pihak sekolah, 
Ketua komite : " Kamu ada dimana sekarang? kenapa belum pulang? (dengan suara yang agak keras)
Kami : " kami sekarang sudah ada di basecamp" (suara yang agak takut)
Ketua Komite :" aahhh kalian semua !! ini ada orang tua siswa menangis katanya anaknya hilang" 
Kami : " tidak pak,, kami semua baik2 sja"
Ketua komite : ahh kalian semua ada dimana kami akan menyusulmu 
Kami : di dusun Boro kec.Rumbia belakang Pasar Boro.
ttiiiittttttttttttttttttttt 

spontan wajah kami semua berubah jadi takut, singkat cerita pihak sekolahpun tiba di basecamp, setibanya disana dengan wajah amarah mereka memarahi pembina kami (MAPALA Teknisi FT-UNM) kamipun ikut cemas wajah kami tdk karuan, hingga akhirnya kami pun pulang ke rumah masing-masing, keesokan harinya semua pengurus Sispala Sherpa dikumpulkan dalam aula sekolah, kami diberi semacam teguran lisan oleh wakasek bidang kesiswaan, kepala kamipun serentak ditundukkan mendengar teguran, kami sempat melakukan pembelaan namun "TAK ADA ALASAN" itu yang selalu keluar dari mulut kepala sekolah :( hingga akhirnya kami diberi surat resmi pembekuan yang tak diketahui kapan berakhirnya. :( kami diberi harapan palsu yang katanya ini hanya 3 bulan tapi nyatanya sampai sekarang hampir dua tahun lamanya kami masih vacum tak bisa berbuat apa-apa. :( 

segala cara telah kami tempuh, dari hal yang terkecil seperti membersihkan halaman sekolah berharap dapat perhatian dari pihak sekolah, hingga hal yang besar menghadap langsung ke kepala sekolah bersama Kanda-kanda dari Mapala Teknisi FT-UNM namun hasilnya tetap nihil :'(

dengarkanlah wahai kepala sekolah :" KAMI MENDIRIKAN ORGANISASI BUKAN UNTUK TANPA KEGIATAN, KAMI INGIN EKSIS DAN MENJAYAKAN NAMA BAIK SEKOLAH DIBIDANG KAMI PAK !!! maka segeralah cabut hukuman pembekuan itu . 

salam Tupai Sherpa Angkatan 01.